Kau ini bagaimanaa.. atawa aku harus bagaimana???
Kau ini bagaimana…..
kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir….aku berpikir kau tuduh aku kafir
Aku harus bagaimana..
Kau bilang bergeraklah…..aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah…aku diam saja kau waspadai
Kau ini bagaimana..
Kau suruh aku memegang prinsip…. aku memegang prinsip ..kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran…..aku toleran kau bilang aku plin-plan
Aku harus bagaimana…
Kau suruh aku maju…aku mau maju kau selingkung kakiku
Kau suruh aku bekerja…aku bekerja kau ganggu aku..
Kau ini bagaimana???
Kau suruh aku taqwa…khutbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu…..langkahmu tak jelas arahnya
Aku harus bagaimana..
Aku kau suruh menghormati hukum ..kebijaksanaanmu menyepelekannya..
Aku kau suruh berdisiplin…..kau menyontohkan yang lain…..
Kau ini bagaimana…
Kau bilang Tuhan sangat dekat…kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang ..kau suka damai kau ajak aku setiap hari bertikai
Aku harus bagaimana???
Aku kau suruh membangun…aku membangun kau merusakkannya
Aku kau suruh menabung,….aku menabung kau menghabiskannya
Kau ini bagaimana??
kau suruh aku menggarap sawah….sawahku kau tanami rumah-rumah..
kau bilang aku harus punya rumah…aku punya rumah…. kau meratakannya dengan tanah
aku harus bagaimana..
aku kau larang berjudi..permainan spekulasimu menjadi-jadi..
aku kau suruh bertanngunggjwab..kau sendiri terus berucap Wallahu a’lam bisshawab..
kau ini bagaimana..
kau suruh aku sabar..aku sabar kau injak tengkukku
aku harus bagaimana..
aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku..sudah kupilih kau bertindak sendiri semaumu
kau bilang kau selalu memikirkanku…aku sapa saja kau merasa terganggu
kau ini bagaimana..
kau bilang bicaralah..aku bicara kau bilang aku ceriwis
kau bilang jangan banyak bicara ..aku bungkam kau tuduh aku apatis
aku harus bagaimana..
kau bilang kritiklah…aku kritik kau marah
kau bilang carikan alternatifnya ..aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
kau ini bagaimana..
aku bilang terserah kau..kau tidak mau
aku bilang terserah kita…kau tak suka
aku bilang terserah aku…kau memakiku
kau ini bagaimana….atau aku harus bagaimana??
KH.Mustafha Bisri (Gus Mus), 1987
sejarah pasti akan mencatat dengan huruf-huruf besar
bukan karena inilah
negeri bagai zamrud yang amat indah
bukan karena inilah
negeri dengan kekayaan yang melimpah
dan rakyat paling ramah
tapi karena kalian telah membuatnya
menjadi negeri paling unik di dunia
aturan-aturan sendiri yang unik
perilaku-perilaku sosial sendiri yang unik
budaya yang lain dari yang lain
tampil beda dari bangsa-bangsa lain di muka bumi
kehidupan penuh makna kekeluargaan
yang harmonis, seragam dan serasi
dengan demokrasi keluarga
yang manis, rukun dan damai
bapak sebagai kepala rumahtangga
memimpin dan mengatur segalanya
sampai akhir hayatnya
bagi kepentingan keluarganya
kepentingan keluarga adalah kepentingan semua
kepentingan keluarga adalah kepentingan bangsa dan negara
keluarga harus sejahtera
dan semua harus mensejahterakan keluarga
kepala keluarga nerhak menentukan
sispa-siapa termasuk keluarga
berhak memutuskan dan membatalkan keputusan
berhak mengatasnamakan siapa saja
berhak mengumumkan dan menyembunyikan apa saja
berhak atas laut dan dan udara
berhak atas air dan tanah
berhak atas sawah dan ladang
berhak atas hutan dan padang
berhak atas manuasia dan binatang
bahwa di suatu kurun waktu yang lama
pernah ada negeri kekeluargaan
yang sukses membina dan mempertahankan
kemakmuran dan kebahagiaan keluarga
jangan tanya siapa
jangan tanya mengapa
tebak saja
apalagi apa yang ada di balik kejadian
karena disini yang ada memang
hanya kotak-kotak teka-teki silang
dan daftar pertanyaan-pertanyaan
yang disana dimanjakan
yang disini dihinakan,
tebak saja
jangan tanya siapa
membunuh buruh dan wartawan
siapa merenggut nyawa
yang dimuliakan Tuhan
jangan tanya mengapa,
tebak saja
yang disini selalu dibenarkan
yang disana selalu disalahkan
tebak saja
membakar hutan dan emosi rakyat
siapa melindungi penjahat keparat
jangan tanya mengapa,
tebak saja
setiap kali terjadi kekeliruan
pertanggungjawabannya tak karuan
tebak saja
beternak kambing hitam
untuk setiap kali dikorbankan
tebak saja
membungkam kebenaran
dan menyembunyikan fakta
siapa menyuburkan kemunafikan dan dusta
jangan tanya mengapa
tebak saja
jangan tanya mengapa
jangan tanya apa-apa
tebak saja
ada yang atas nama negara merampok negara
ada yang atas nama rakyat menindas rakyat
ada yang atas nama kemanusiaan memangsa manusia
ada yang atas nama persatuan merusak persatuan
ada yang atas nama perdamaian mengusik kedamaian
ada yang atas nama kemerdekaan memasung kemerdekaan
kirimkanlah laknat kalian
atau atas nama Ku
perangilah mereka dengan kasihsayang
mereka tak mau kalah dengan kaum beragama lain
di negeri-negeri lain,
demi mendapatkan ridha Mu
mereka rela mengorbankan saudara-saudara mereka
untuk berebut tempat terdekat di sisi Mu
mereka bahkan tega menyodok dan menikam
hamba-hamba Mu sendiri
demi memperoleh rahmat Mu
mereka memaafkan kesalahan
dan mendiamkan kemungkaran
bahkan mendukung kelaliman
untuk membuktikan keluhuran budi mereka
terhadap setanpun mereka tak pernah berburuk sangka
mereka terus membuatkan Mu rumah-rumah mewah
di antara gedung-gedung kota
hingga tengah-tengah sawah
dengan kubah-kubah megah dan menara-menara menjulang
untuk meneriakkan nama Mu
menambah segan dan keder hamba-hamba kecil Mu
yang ingin sowan kepada Mu
nama Mu mereka nyanyikan dalam acara hiburan
hingga pesta agung kenegaraan
mereka merasa begitu dekat dengan Mu
hingga masing-masing merasa berhak mewakili Mu
yang memiliki kelebihan harta membuktikan
kedekatannya dengan harta yang Engkau berikan
yang memiliki kelebihan kekuasaan membuktikan
kedekatannya dengan kekuasaan yang Engkau limpahkan
yang memiliki kelebihan ilmu membuktikan
kedekatannya dengan ilmu yang Engkau karuniakan
mereka yang Engkau anugerahi kekuatan
seringkali bahkan merasa diri Engkau sendiri
mereka bukan saja ikut menentukan ibadah
tapi juga menetapkan siapa ke sorga siapa ke neraka
mereka sakralkan pendapat mereka
dan mereka akbarkan semua yang mereka lakukan
hingga takbir dan ikrar mereka
yang kosong bagai perut bedug
bayi-bayi terus dikabarkan dibuang sembarangan
demam berdarah terus meminta korban
aktivis-aktivis terus dikabarkan hilang
perusahaan-perusahaan besar terus dibingungkan utang
menteri-menteri terus bernegosiasi dengan para pemilik piutang
bank-bank terus deg-degan
petinggi-petinggi negeri terus berusaha meyakinkan
negara-negara donor terus mempertimbangkan bantuan
ibu-ibu rumah tangga terus mengeluhkan harga bahan-bahan
toko-toko yang pintunya tak pro reformasi
terus jadi sasaran penjarahan
korupsi, kolusi dan nepotisme terus menjadi pembicaraan
pengamat terus mengkritik dan mempertanyakan
pakar-pakar terus berteori
mahasiswa terus berdemonstrasi
abri terus berjaga-jaga
politisi-politisi terus memasang kuda-kuda
ulama dan umara terus beristighatsah dan berdoa
modal dan moral terus terkikis
sembako dan kepercayaan terus menipis
harga-harga terus naik
rupiah yang dicintai terus melemah
orsospol-orsospol terus bengong
wakil-wakil rakyat terus tampak bloon
padahal pak harto sudah lengser keprabon
reformasi terus melaju
yang hendak membangun istana
untuk kita semua
?
membakar hutan belukar dan dendam
asapnya menyesakkan napas
berjuta-juta manuasia
memedihkan mata mereka
dari apa yang kalian ajarkan
ribuan orang kini telah pandai
meniru kalian menjarah apa saja
yang tersisa dari sehabis jarahan kalian
beberapa tokoh sudah pandai meniru kalian
menyembunyikan gombal kepentingan
dalam retorika yang dimanis-maniskan
kemerdekaan dan kedamaian
yang selama ini kalian curi dari kami
kepercayaan yang selama ini
kalian lecehkan
terus kalian singkat-singkat pancasila
karena kalian takut ketauan
sila-sila yang kalian maksud
sila-sila yang kalian anut
tidak sebagaimana yang kalian tatarkan
kepentingan-kepentingan sempit sesaat
telah terlalu jauh menyeret kalian
maka pancasila kalian pun selama ini adalah :
KESETANAN YANG MAHA PERKASA
KEBINATANGAN YANG DEGIL DAN BIADAB
PERSETERUAN INDONESIA
KEKUASAAN YANG DIPIMPIN OLEH MIKMAT KEPENTINGAN
DALAM KEKERABATAN / PERKAWANAN
KELALIMAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
di depan dunia
ibu pertiwi menangis memilukan
merahputihnya di cabik-cabik
anak-anaknya sendiri bagai serigala
menjarah dan memperkosanya
o, azab apa ini ?
gusti,
sampai memohon ampun kepada Mu pun
kami tak berani lagi
kita dihimpit gelap kabut
ditindih rasa takut
setelah sekian lama
kita digoncang deru angin
setelah semua kata-kata
hanya menggumpal dalam dada
setelah semua merasa lara
kinilah saatnya berterus terang
jangan tutupi kebenaran
agar dunia tetap terang
jangan tutupi kesalahan
biar dada tetap lapang
kinilah saatnya berterus terang
membuatmu menjadi munafik dan pengecut
cahaya kebenaran telah datang
kinilah saatnya berterus terang
jangan lagi kita biarkan
kepentingan merekayasa kita
menyumbat makna
tumpukan kata menyuburkan dendam
tumpukan keluhan meledakkan dada
dan akhirnya dendam membakar segalanya
setelah sekian lama
kita saling terkam bagai serigala
masihkah tersisa kemanusiaan kita ?
setelah sekian lama
kebencian antara kita membara
masihkan kita bersaudara ?
memedihkan mata dan hatiku
atas panorama bumiku yang elok gemerlap
?
maka segala milik kami
kalian curi
hingga secercah harapan yang tersisa
pada kami
?
hingga kobarannya sampai kini
tak kunjung padam
gelombang gelap menyapu negeriku
mengacaukan akal sehat
orang-orang waras
menghentikan kesibukan kerja para pekerja
merusuhkan belaian kasih sayang para penyayang
menjauhkan keakraban saudara dengan saudara
mengganggu keasyikan bermain bocah-bocah
mengusik kekhusukan para mukmin beribadah
Tuhan, ampunilah kami
yang tanpa sadar ikut memperpekat gelap
yang mereka giring kemari
dan datanglah kembali
dengan maha cahya Mu
uang dan emas tempatnya di brankas
rumah dan sawah tempatnya di tanah
padi dan jagung tempatnya di lumbung
ternak dan kuda tunggang tempatnya di kandang
barang-barang tempatnya di gudang
jangan ditempatkan di hari !
ronta tangisku atas kehidupan penuh dendam
ketika nurani menagih janji
ketika kemerdekaan menuntut tanggung jawab
pada kekuasaan yang membantai kemanusiaan
pada kepemimpinan yang menyia-nyiakan kesetiaan
pada kekuatan yang memanfaatkan kesabaran
pada keserakahan yang menghina keadilan
ternyata angkara masih saja ikut bicara
o, hening langit
beri kami keindahan bulanmu
untuk menghias batin kami
beri kami cerah mentarimu
untuk mengusir awan gelap pikiran kami
beri kami hening bintang-bintang mu
untuk menerbitkan kearifan diri kami
o, hening langit
ajarilah kami meredam dendam
agar keadilan dan kebenaran sendiri tegak
bagai takdir yang tak tertolak
amin
bumi yang terbaring
terus mengerang
menghisap air mata kami
bahkan menambah dahaga )
manuasia tak punya tempat
kecuali di pinggir-pinggir sejarah yang mampat
dimana keserakahan dimapankan
kekuasaan dikerucutkan
kemunafikan dibudayakan
telinga-telinga disumbat harta dan martabat
mulut-mulut dibungkam iming-iming dan ancaman
membiarkan leher-leher mereka dijerat dasi
agar hanya bisa mengangguk dengan tegas
berpose dengan gagah
di depan kamera otomatis yang gagu
negeri adiluhung yang mengimpor
majikan asing dan sampah
negeri berbudaya yang mengekspor
babu-babu dan asap
negeri yang sangat sukses
menernakkan kambing hitam dan tikus-tikus
negeri yang akngkuh dengan utang-utang
yang tak terbayar
negeri teka-teki penuh misteri
kebenaran ditaklukkan
oleh rasa takut dan ambisi
keadilan ditundukkan
oleh kekuasaan dan kepentingan
nurani dilumpuhkan
oleh nafsu dan angkara
manusia hanya bisa
mengintip masalahnya dibicarakan
menghabiskan anggaran
oleh entah siapa
yang hanya berkepentingan
terhadap anggaran
dan dirinya sendiri
anginpun menjadi badai
matahari bersembunyi
bulan dan bintang tenggelam
burung-burung mati
bunga-bunga layu sebelum berkembang
dan tembang menjadi sumbang
puisi menjadi tak indah lagi
dalam rintihan
mereka yang tersia-sia
dan teraniaya
untunglah Allah Yang Maha Tahu
masih berkenan memberi waktu
kepadamu untuk memperbaiki negerimu
dari kampus-kampusmu yang terkucil
Ia mengirim burung-burung ababil
menghujani segala yang batil
dengan batu-batu membakar dari sijjil
dan pasukan bergajah abradah kerdil
bagai daun-daun dimakan ulat
beruntuhan menggigil
kini telah menyingsing fajar peradaban baru
jangan tunggu, ambil posisi mu
proklamasikan kembali
kemerdekaan negeri mu
yang bisa kita lakukan
bila mata sengaja dipejamkan
telinga sengaja ditulikan
nurani mati rasa
?
yang bisa kita lakukan
bila kepentingan lepas dari kendali
hak lepas dari tanggung jawab
perilaku lepas dari rasa malu
pergaulan lepas dari persaudaraan
akal lepas dari budi
?
yang bisa kita lakukan
bila pernyataan lepas dari kenyataan
janji lepas dari bukti
hukum lepas dari keadilan
kebijakan kepas dari kebijaksanaan
kekuasaan lepas dari koreksi
?
yang bisa kita lakukan
bila kata kehilangan makna
kehidupan kehilangan sukma
manusia kehilangan kemanusiaannya
agama kehilangan Tuhan nya
?
yang bisa
kita lakukan
?
kalau saja itu semua
bukan kemurkaan dari Mu terhadap kami
kami tak peduli
( Versi VI )
baru kemarin bung karno dan bung hatta
atas nama kita menyiarkan dengan seksama
kemerdekaan kita di hadapan dunia
rasanya
gaung pekik merdeka kita
masih memantul-mantul
tidak hanya dari mulut-mulut jurkam pdi saja
rasanya
baru kemarin
padahal sudah lima puluh tiga tahun lamanya
sudah banyak yang tiada
penerus-penerusnya sudah banyak yang berkuasa
atau berusaha
tokoh-tokoh pujaan maupun cercaan bangsa
taruna-taruna sudah banyak yang jadi
petinggi negeri
mahasiswa-mahasiswa yang dulu suka berdemonstrasi
sudah banyak yang jadi menteri
baru kemarin
padahal sudah lebih setengah abad lamanya
negara sudah semakin kuat
rakyat sudah semakin terdaulat
semakin jauh meninggalkan pembangunan akhlak
yang tak kunjung maju
anak-anak kita sudah semakin mekar tubuhnya
bapak-bapak kita sudah semakin besar perutnya
padahal sudah lima puluh tiga tahun kita merdeka
kemajuan sudah menyeret dan mengurai
pelukan kasih banyak ibu-bapa
dari anak-anak kandung mereka
kemakmuran duniawi sudah menutup mata
banyak saudara terhadap saudaranya
dibanding ruh dan jiwa
tanda gambar sudah lebih besar pengaruhnya
dari bendera merah putih dan lambang garuda
pejuang marsinah sudah berkali-kali
kuburnya digali tanpa perkaranya terbongkar
preman-preman sejati sudah berkali-kali
diselidiki dan berkas-berkasnya selalu terbakar
baru kemarin
padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka
pahlawan-pahlawan idola bangsa
seperti diponegoro
imam bonjol dan sisingamangaraja
sudah dikalahkan oleh ksatria baja hitam
dan kura-kura ninja
banyak orang bodoh sudah semakin bingung
banyak orang kaya sudah semakin kekurangan
banyak orang miskin sudah semakin kecurangan
baru kemarin
banyak pejabat sudah semakin erat dengan konglomerat
banyak wakil rakyat sudah semakin jauh dari umat
banyak nurani dan akal budi sudah semakin sekarat
aku bertanya kepada mereka semua
sudahkah kalian
benar-benar merdeka ? )
baru kemarin
tokoh-tokoh angkatan 66 sudah banyak yang terbenam
baru kemarin
sudah terbakar habis
dilalap krisis demi krisis
mereka yang kemarin menikmati pembangunan
sudah banyak yang bersembunyi meninggalkan beban
mereka yang kemarin mencuri kekayaan negeri
sudah meninggalkan utang dan lari mencari selamat sendiri
padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka
sudah kembali mendobrak tirani
para oportunis pun mulai bertampilan
berebut menjadi pahlawan
politisi-politisi pensiunan
sudah bangkit kembali
partai-partai politik sudah bermunculan
dalam reinkarnasi
baru kemarin
tokoh-tokoh orde baru sudah banyak yang mulai menyaru
baru kemarin
bayang-bayangnya sudah berani persi sendiri
mester habibie sudah memberanikan diri
menjadi presiden transisi
bung harmoko sudah tak lagi
mengikuti petunjuk dan mendominasi televisi
gus dur muali siap madeg pandita
ustadz amin rais sudah siap jadi sang nata
mbak mega sudah mulai agak lega
mas surjadi sudah mulai jaga-jaga
padahal sudah lima puluh tiga tahun kita merdeka
para reformis dan masyarakat sudah nyaris tak terkendali
sudah mulai pandai meniru menjarah
mereka yang perlu direformasi
sudah mulai fasih meneriakkan reformasi
mereka yang kemarin dipaksa-paksa
sudah mulai berani mencoba memaksa
mereka yang kemarin dipojokkan
sudah mulai belajar memojokkan
orangtuaku sudah lama pergi bertapa
anak-anakku sudah pergi berkelana
kakakku sudah menjadi politikus
aku sendiri sudah menjadi tikus
setelah lima puluh tiga tahun kita merdeka
ingin rasanya aku mengajak kembali
mereka semua yang kucinta
untuk mensyukuri lebih dalam lagi
rahmat kemerdekaan ini
dengan mereformasi dan meretas belenggu tirani
diri sendiri
bagi merahmati sesama )
ternyata sudah lima puluh tiga tahun kita merdeka
aku sekali lagi menguak angkasa
dengan pekik yang lebih perkasa :
merdeka ! )
Bagaimana kau hendak bersujud pasrah, sedang
Wajahmu yang bersih sumringah,
Keningmu yang mulia dan indah begitu pongah
Minta sajadah agar tak menyentuh tanah
Apakah kau melihatnya seperti iblis saat menolak
Menyembah bapamu dengan congkak
Tanah hanya patut diinjak, tempat kencing dan berak,
membuang ludah dan dahak
atau paling jauh hanya lahan pemanjaan nafsu serakah dan tamak
Apakah kau lupa bahwa
tanah adalah bapa dari mana ibumu dilahirkan
Tanah adalah ibu yang menyusuimu dan memberi makan
Tanah adalah kawan yang memelukmu dalam kesendirian
dalam perjalanan panjang menuju keabadian
Singkirkan saja sajadah mahalmu
Ratakan keningmu
Ratakan heningmuTanahkan wajahmu
Pasrahkan jiwamu
Biarlah rahmat agungAllah membelaimu dan
Terbanglah kekasih.
rengkuh aku dengan sepenuh jiwamu
datanglah aku akan berlari menyambutmu
tapi kau terus sibuk dengan dirimu
kalaupun datang kau hanya menciumi pintu rumahku
tanpa meski sekedar melongokku
kau hanya membayangkan dan menggambarkan diriku
lalu kau rayu aku dari kejauhan
kau merayu dan memujaku
bukan untuk mendapatkan cintaku
tapi sekedar memuaskan egomu
kau memarahi mereka
yang berusaha mendekatiku
seolah olah aku sudah menjadi kekasihmu
apakah karena kau cemburu buta
atau takut mereka lebih tulus mencintaiku
Pulanglah ke dirimuaku tak kemana mana
BILA KUTITIPKAN
Bila kutitipkan dukaku pada langit
Pastilah langit memanggil mendung
Bila kutitipkan resahku pada angin
Pastilah angin menyeru badai
Bila kutitipkan geramku pada laut
Pastilah laut menggiring gelombang
Bila kutitipkan dendamku pada gunung
Pastilah gunung meluapkan api. Tapi
Kan kusimpan sendiri mendung dukaku
Dalam langit dadaku
Kusimpan sendiri badai resahku
Dalam angin desahku
Kusimpan sendiri gelombang geramku
Dalam laut pahamku
Kusimpan sendiri.
0 comments:
Posting Komentar
cantumkan komentar anda disini