buku tamu

السنتري

بشاهد حاله هو من يعتصم بحبل الله المتين ويتبع سنة الرسول الامين صلى الله عليه وسلم ولا يميل يمنة ولا يسرة في كل وقت وحين هذا معناه بالسيرة والحقيقة لا يبدل ولا يغير قديما وحديثا. والله اعلم بنفس الامر وحقيقة الحال.قاله المغفور له حضرة الشيخ حسني بن نووي SANTRI. Berdasarkan peninjauan tindak langkahnya, adalah orang yang berpegang teguh pada Alqur’an dan mengikuti sunnah Rasul SAW dan teguh pendirian. Ini adalah arti dengan bersandar sejarah dan kenyataan yang tidak dapat diganti dan dirubah selama-lamanya. Allah yang maha mengetahui atas kebenaran sesuatu dan kenyataannya. oleh: almaghfur lah kiai Hasani Nawawi

Minggu, 11 Desember 2011

Jambu air paling manis sedunia


Ada rasa yang beda menyembul dari sela-sela dadaku, dipertengahan musim hujan, aku berdiri membeku merenungi pemandangan indah nun beberapa meter didepan mataku, kulihat Sarah bersibuk-masyuk dengan sebilah galah yang ujungnya disundul-sundulkan pada buah jambu air yang bergelantungan untuk menjatuhkannya, kurasakan, dia laksana bidadari yang bernafsu sangat pada buah khuldi sehingga batang galahpun dijadikannya solusi untuk mendapatkan buah itu, “aduhai indahnya bidadari itu” gumamku, tapi, demi keluguan kacong[1] dari salah satu kampung terpencil di pulau Madura, aku tak mampu menerjemahkan apa sebenarnya yang aku rasakan saat ini.
Hembusan angin sore membuat ujung kerudungnya melambai-lambai seperti memanggilku untuk kembali menyapanya seperti biasa, tapi, saat kucoba menggeserkan kakiku untuk melangkah mendekatinya, rasanya ada paku tajam dan kuat menancap disetiap ujung jari kakiku, kurasakan, setiap benda yang ada disekelilingku, pohon jambu air, tanah sembab yang baru disirami hujan tadi pagi, pagar-pagar bambu yang berderet-deret dipelataran pesantren dan musholla, bahkan angin, awan mendung, semuanya menjadi sebuah simphoni terindah tiada tanding.
Aku terus saja tertegun memandangi Sarah dari jarak kurang lebih sepuluh meter, isi kepalaku melukiskan satu tanda tanya besar warna putih diawang-awang tepat diatasnya, apakah ini yang namanya cinta? Kalau ia, kenapa rasanya sangat beda sekali dengan saat pertama kali aku menyukai perempuan cantik yang selalu menggendongku waktu masih satu tahun, mbak Lela? Atau Saifah yang sering mengajakku bermain dipinggir kali saat aku berumur tiga tahun? Atau Maryam teman sekelas di SD yang memberiku sebuah cincing dari logam rupiah hasil nemu dijalan, sehingga perbuatannya membuatku terharu dan menyukainya? Rasa ini beda sama sekali, indah tak terperikan, aku seperti sawah kehujanan. Apakah benar, ini yang namanya cinta pertama? Terpesona dengan keindahan sang kekasih, lalu mengikrarkan bahwa “kau telah menjadi bagian dari segumpal isi hatiku”.
Masih panjang perjalanan lamunanku, sayup-sayup sebuah kombinasi suara antara hembusan angin, kicauan burung pipit, lantunan bacaan Quran dari langgar[2] disebrang dan namaku dipanggil berkali-kali oleh suara lembut dan terindah disore itu, “kak Faris… kak Faris…”, aku terperanjat dan setetes cairan menetes dari ujung bibirku ketanah “tesss” bersamaan dengan mulutku yang tiba-tiba pura-pura komat-kamit membaca mantra entah apa, aku melihat padanya, dia melambaikan tangannya memanggilku seperti putri raja nan anggun yang membutuhkan pertolongan seorang ksatria dari negri sebrang yang gagah berani, setengah menit aku melucuti paku-paku yang menancap kuat dijari-jari kakiku, aku lalu melangkah dengan gemetar menghampirinya.
Perempuan kecil yang lugu itu sambil sibuk dengan galah bambu yang dia gunakan untuk mengambil buah jambu air, melambaikan tangannya padaku, seperti kesetrum rasanya, tiba-tiba saja aku disedot dengan kekuatan listrik sepuluh ribu watt kehadapannya, dalam pertahanan kuda-kuda yang sudah kehilangan tenaganya, aku bertanya, “ada apa?”, dia menjawab, “ini buat kakak”, katanya sambil menyodorkan buah jambu air putih besar, berbentuk seperti bunga dengan kelopak halus dibagian depannya. Sebenarnya tanpa ada motif bungapun disitu, aku sudah merasakan dihujani berjuta bunga dari angkasa yang masuk merasuk dalam kalbuku, oh indahnya sore ini, saking indahnya sampai terasa seperti masih pagi.
“Keindahan” itu segera pamit membawa beberapa buah jambu air dalam genggamannya, sembari mengatakan padaku bahwa kalau aku kurang boleh ambil sendiri dari pohonnya-pohon jambu air itu adalah miliknya- “asal jangan banyak-banyak!” katanya sambil nyengir memamerkan gigi putihnya yang khas dan indah, tanpa beranjak, kugigit jambu air yang ada ditanganku sedikit demi sedikit, hmmm rasanya seperti buah jambu air yang dipetik dari batang pohon gula yang tumbuh ditengah ladang perairan madu, manis tiada tanding, jambu air paling manis sedunia, mataku mengerjap-erjap dan bibirku tersenyum dan bergumam, “amboi, aku jatuh cinta”.
---(*)---


[1] Kacong adalah sebutan bagi lelaki madura yang lebih/masih muda
[2] Langgar biasa diucapkan untuk tempat shalat, mushalla dalam bahasa orang kota

2 comments:

aih, tiga perempat gak percaya saya, but thank you by any way..

Posting Komentar

cantumkan komentar anda disini